Penutupan Program Beasiswa Lestari, 2 Peserta Terbaik Peroleh Golden Ticket Official IELTS Test

  • Bagikan
Beasiswa Lestari
Beasiswa Lestari

Beasiswa LESTARI 2022 atau program Beasiswa Kursus IELTS dan Mentoring resmi berakhir setelah penutupan pada Jumat malam (15/07/22). Beasiswa LESTARI merupakan program kerjasama PCINU Belanda, Nuffic Neso – NL Alumni Network Indonesia, Santri Mengglobal dan sejumlah kampus Indonesia.

Pada program LESTARI batch 1 tahun 2022, panitia menerima lebih dari 387 pendaftar yang berasal dari berbagai penjuru negeri. Antara lain dari Papua Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Kalimantan Timur dan Barat, Sumatera Selatan hingga Aceh.

Dari seluruh pendaftar, panitia memilih 48 peserta berdasarkan beberapa aspek, seperti gender balance dan usia peserta. Selain itu juga ada aspek pemerataan dan keterwakilan geografis untuk bisa menjangkau peserta dari wilayah pelosok Indonesia (remote area).

48 peserta terpilih ini selanjutnya mendapatkan pendampingan belajar IELTS secara intensif selama 2,5 bulan oleh 7 orang mentor yang hampir kesemuanya merupakan alumni dari perguruan tinggi di Belanda.

Selain pembelajaran intensif, di awal program para peserta terlebih dahulu melakukan pre-test. Di akhir program mereka juga mendapatkan IELTS Simulation test. Kedua tes tersebut adalah kerjasama dengan Edupac KAPLAN. Mereka juga mendapatkan mentoring mendapatkan beasiswa studi di luar negeri.

Meskipun closing ceremony program penyelenggaraannya menggunakan zoom meeting, namun acara ini bisa terbilang spesial. Pasalnya, pada acara tersebut Windy Az-Zahra, PhD; mentor sekaligus tim penggagas program LESTARI mengumumkan 2 peserta terbaik.

Kedua peserta terpilih adalah Yunida Varadyna dari PP. Al Hikam Depok, Jawa Barat, dan Muhammad Nurul Asa dari Universitas Nahdlatul Ulama Pontianak. Keduanya mendapatkan penghargaan berupa dua golden tiket untuk mengikuti tes resmi IELTS (official test).

Lebih jauh lagi, dosen IPB university ini mengungkapkan bahwa peraih golden ticket yang juga merupakan peserta terbaik ini berhak mendapatkan voucher 3 juta rupiah untuk membiayai tes resmi IELTS di tempat dan waktu yang mereka inginkan.

Alumnus Wageningen university and Research Belanda ini juga menjelaskan kriteria penilaian para peserta.

“Kriteria peserta terbaik ini berdasarkan dari kehadiran mereka yang 100 persen, progres kemajuan yang bisa terlihat dari nilai pre-test dan post-test, tes harian dan catatan penilaian dari seluruh mentor dan fasilitator’. Ungkapnya.

Prospek Program Beasiswa Lestari di Masa Mendatang

Pada acara penutupan ini ketua panitia, Mustaghfirin, M.Si, mengucapkan terima kasihnya kepada semua pihak yang sudah membantu. Perwakilan dari PCINU Belanda mengungkapkan harapannya agar kegiatan ini akan terus berlanjut ke depan. “PCINU Belanda maupun oleh PBNU semestinya bisa melanjutkan kegiatan ini”, imbuhnya.

Di lain pihak, salah satu mentee (peserta Beasiswa Lestari Batch I), Citra Orwela, mengungkapkan testimoninya mengenai pentingnya dan kemanfaan dari kegiatan ini. Peserta terpilih dari Jakarta ini menyatakan bahwa program ini membantunya untuk meneguhkan habit agar bersinggungan setiap hari dengan bahasa Inggris. “Hal ini penting sekali mengingat skill bahasa Inggris akan cepat berkembang selama kita rutin berlatih tiap waktu”, ungkapnya.

Sementara itu, testimoni lainya juga disampaikan oleh mentor, Nur Inda Jazilah MA, alumnus Vrije University, Belanda yang merasa terkesan dengan semangat peserta dan yakin bahwa jika mereka terus berlatih tentu akan mudah untuk meningkatkan skor ILETS mereka kemudian hari dan mendapatkan kesempatan untuk mewujudkan mimpinya belajar di luar negeri.

Senada dengan itu, Dito Alif Pratama secara terpisah mengapresiasi terselenggaranya acara ini dan berharap agar program ini tetap ‘lestari’ sebagai Namanya. Alumni Officer Nuffic Neso Indonesia ini menilai program ini merupakan wadah efektif pengabdian alumni Belanda untuk penguatan SDM di Indonesia.

Acara ditutup dengan doa yang dipandu oleh Azzam Anwar, PhD Candidate Universitas Groningen. Ketua Lapesdam PCINU Belanda ini juga mengungkapkan kegiatan seperti program LESTARI yang telah memiliki modul pelatihan dan portofolio yang jelas ini bisa diadopsi dan direplikasi untuk kegiatan serupa kedepannya oleh kelembagaan manapun khususnya kelembagaan sosial (red: pondok pesantren) dengan harapan mampu menjadi wasilah peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (santri Indonesia) di masa mendatang. (DK)

  • Bagikan